Indeks

“Masjid Rakyat Cepat Berdiri, Masjid Pemerintah Tak Kunjung Jadi — Ustadz Toriq Angkat Bicara!”

JAMBI – Dua masjid berdiri megah di tanah Sepucuk Jambi Sembilan Lurah: Masjid Baitun Nur Darlis dan Masjid Islamic Center Jambi. Keduanya simbol ibadah umat, namun kisah di balik pembangunannya memunculkan perdebatan tajam di tengah masyarakat.

Di tengah perbincangan publik, muncul suara tegas dan lugas dari tokoh muda Islam Provinsi Jambi, Dr. H. Miptahuttoriq, S.Sy., MA., Al-Hafizh atau biasa yang di kenal Ustadz Toriq adalah salah satu sosok tokoh muda milenial dari sebrang Kota Jambi.

Dikenal sebagai dai milenial yang kritis dan dekat dengan aspirasi masyarakat, Ustadz Toriq angkat bicara menyikapi disparitas antara pembangunan dua rumah ibadah tersebut. Menurutnya, meski sama-sama masjid, keduanya mencerminkan dua wajah yang sangat berbeda.

> “Masjid Baitun Nur Darlis dibangun dari semangat gotong royong. Masyarakat dan keluarga saling bahu-membahu, tidak menunggu dana besar dari pemerintah. Cepat selesai, jelas manfaatnya, dan transparan. Tapi di sisi lain, kita punya Masjid Islamic Center yang menelan anggaran miliaran rupiah dari APBD, tapi tak kunjung selesai. Ini menyakitkan rakyat,” ujarnya saat ditemui di sela kajian rutin di kawasan Kota Jambi.

Ustadz Toriq menggarisbawahi pentingnya niat dan azas manfaat dalam setiap pembangunan, terlebih ketika menggunakan uang negara. Ia menegaskan, masjid bukan sekadar bangunan fisik, melainkan cerminan amanah publik dan nilai-nilai keberkahan.

> “Masjid itu tempat menyatukan umat, bukan tempat menumpuk anggaran tanpa hasil. Kalau masyarakat bisa bangun dengan dana sendiri dan tepat guna, kenapa pemerintah tidak bisa dengan anggaran yang jauh lebih besar? Ini soal niat dan pengelolaan,” tegasnya.

Pernyataan ini pun mendapat sambutan luas di kalangan masyarakat, khususnya generasi muda yang mulai kritis terhadap tata kelola anggaran publik. Ustadz Toriq dianggap mewakili suara generasi baru Islam yang tidak hanya taat dalam ibadah, tetapi juga vokal dalam menjaga integritas dan keadilan sosial.

Ia menambahkan, ketimpangan ini seharusnya menjadi refleksi bagi pemerintah daerah dan semua pihak yang terlibat dalam proyek pembangunan keagamaan. Ia mengingatkan bahwa rakyat Jambi bukan menolak pembangunan, tapi menuntut kejelasan, kejujuran, dan kebermanfaatan.

“Karena sesamo masjid boleh samo besar. Tapi kalau soal niat dan anggaran? Beda cerito!” pungkasnya.

Catatan Redaksi:
Ustadz Toriq menjadi contoh bahwa suara perubahan juga datang dari mimbar. Suara yang tak hanya menyeru iman, tapi juga menyerukan akuntabilitas. Suara yang mewakili generasi Islam yang cinta agama, peduli masyarakat, dan berani menyuarakan kebenaran.

© 2025 mejarakyat.com Network, a subsidiary of OMG Network. All Right Reserved
Exit mobile version